In Tongues – Joji: Album Kedua dari Penyanyi Indie dengan Nada Paling Sad Ini
Pendahuluan Tentang Joji dan Latar Belakang Albumnya
Joji, yang lahir dengan nama asli George Kusunoki Miller, memiliki perjalanan karier yang unik sebelum menjadi penyanyi dan penulis lagu independen. Lebih dikenal publik sebagai ‘Filthy Frank’ di YouTube, Joji telah meninggalkan jejak yang tak terhapuskan di internet dengan konten komedi gelap dan absurd. Namun, kehidupan sebagai Filthy Frank adalah sesuatu yang membebani kesehatannya baik secara fisik maupun mental. Pada tahun 2017, Joji memutuskan meninggalkan persona ‘Filthy Frank’ untuk fokus penuh pada karier musiknya yang terus berkembang.
Setelah keputusan besar tersebut, Joji merilis materi-materi musik yang merefleksikan transisi emosional dan artistiknya. EP pertamanya berjudul In Tongues dirilis pada November 2017, yang menjadi awal dari perjalanan barunya dalam dunia musik. Keputusannya untuk beralih dari konten komedi menjadi musik yang lebih serius menunjukkan tekadnya untuk menemukan jati diri sebagai seorang artis.
Album pertamanya diikuti dengan berbagai lagu yang mengungkapkan perasaan terdalam Joji; banyak dari lagunya menggambarkan suasana hati yang suram dan introspektif. Karakteristik ini menjadi ciri khas musik Joji, yang sering menyentuh tema-tema mengenai kesepian, cinta yang tak terbalas, dan refleksi pribadi. Evolusi kariernya ini bukan sekedar perubahan genre, melainkan sebuah metamorfosis artistik yang mengizinkan Joji untuk lebih mendalami dan mengekspresikan emosi-emosi yang lebih dalam dan kompleks.
In Tongues, sebagai album kedua Joji, menggambarkan lanjutnya perjalanan emosional yang telah dimulai dari karya-karya sebelumnya. Album ini tidak hanya memperkukuh posisinya dalam dunia musik, tetapi juga menegaskan identitas artistiknya sebagai penyanyi indie dengan nada paling sad. Setiap lagu dalam In Tongues adalah cerminan dari kerentanan dan kejujuran Joji dalam menyampaikan perasaannya, memberikan pengalaman mendalam bagi para pendengarnya yang mengikuti pertumbuhannya dari YouTube hingga panggung musik independen.
Analisis Mendalam tentang Lagu-lagu di In Tongues
Album In Tongues menyajikan sepuluh lagu yang menggambarkan karakteristik khas dari Joji, yang dikenal dengan nuansa melankolis dan refleksi emosionalnya yang mendalam. Salah satu lagu yang mencuri perhatian adalah “Will He,” yang dibuka dengan melodi piano yang ringkas namun menghantui. Liriknya berbicara tentang penantian dan ketidakpastian dalam hubungan, sebuah tema yang sering hadir dalam karya-karya Joji. Gaya penulisan lagu ini sederhana namun penuh makna, memperkuat suasana hati yang suram melalui repetisi frasa yang terisolasi.
Lagu lainnya seperti “Demons” memanfaatkan perpaduan elemen akustik dan elektronik untuk menciptakan atmosfer yang mendalam. Liriknya menggambarkan perjuangan batin serta pertempuran dengan perasaan negatif, yang beresonansi dengan banyak pendengarnya. Di sisi lain, “Window” menghadirkan aransemen yang lebih minimalis, dengan fokus pada vokal rendah Joji yang menyampaikan rasa sakit dan kerentanan emosional secara nyata.
Dalam lagu “Bitter Fuck,” tema perasaan terjebak dalam situasi sulit ditekankan melalui penggunaan beat yang monoton dan vokal yang terasa lelah. Komposisi musik yang terkendali mencerminkan keterbatasan dan kebuntuan emosional dari liriknya. Demikian pula, “Medicine” memanfaatkan instrumen elektronik yang halus untuk menciptakan lapisan suara yang mencekam, sementara liriknya berbicara tentang mencari pelipur lara di tengah penderitaan pribadi.
Joji juga unggul dalam menyatukan suasana hati yang berbeda dalam satu trek, seperti yang terlihat dalam lagu “Worldstar Money (Interlude).” Meskipun berdurasi singkat, lagu ini memadukan nada melankolis dengan sentuhan ironi, menggambarkan kompleksitas emosional dengan cara yang sederhana namun efektif. Secara keseluruhan, In Tongues adalah album yang dipenuhi dengan kejujuran emosional, ditampilkan melalui gaya penulisan lagu Joji yang introspektif dan musik yang menyokongnya.
Respon dan Kritik dari Penggemar dan Kritikus Musik
Album In Tongues karya Joji telah mengundang berbagai macam respon dari penggemar dan kritikus musik, mencerminkan pengaruh aliran indie yang kuat pada karya ini. Di media musik ternama, banyak ulasan yang memberikan pujian atas keaslian dan kedalaman emosi yang tercermin dalam setiap lagu. Beberapa kritikus memuji kemampuan Joji dalam mengekspresikan perasaan ‘paling sad’ melalui perpaduan nada melankolis dan lirik sentuhan pribadi. Rolling Stone, misalnya, mencatat bahwa album ini berhasil menciptakan suasana yang merenung, sesuatu yang sering kali diabaikan dalam genre musik populer.
Sementara di kalangan komunitas penggemar di media sosial, respon yang diterima juga beragam namun cenderung positif. Platform seperti Twitter, Instagram, dan Reddit dipenuhi dengan diskusi mendalam mengenai penulisan lagu dan produksi album In Tongues. Banyak penggemar yang berbagi bagaimana lagu-lagu dalam album ini resonansi dengan pengalaman pribadi mereka, menjadikan Joji sebagai salah satu figur penting dalam dunia musik indie saat ini.
Secara khusus, lagu-lagu seperti “Will He” dan “Demons” mendapatkan perhatian lebih karena lirik mereka yang mengharukan dan harmoni musik yang memanjakan telinga. Tidak sedikit penggemar yang menyatakan bahwa album ini memperlihatkan kematangan artistik Joji yang lebih dalam dibandingkan karya-karya sebelumnya.
Namun, tidak semua kritik sepenuhnya positif. Beberapa pengamat musik mencatat bahwa meskipun album ini kuat secara tematik dan emosional, beberapa aspek produksi masih terlihat kurang matang. Kritik ini biasanya datang dari perspektif yang membandingkan Joji dengan artis indie lain yang lebih berpengalaman.
Meskipun begitu, In Tongues memberikan kontribusi signifikan terhadap karier Joji dan memperkuat posisinya sebagai artis indie dengan nada yang berbeda dan orisinil. Album ini tidak hanya meneguhkan Joji di hati para penggemar, tapi juga menambah lapisan baru dalam genre musik indie dengan elemen emosional yang intens dan autentik.
Pengaruh dan Dampak In Tongues terhadap Musik Indie dan Genre Sad Music
Album In Tongues oleh Joji telah memberikan kontribusi signifikan terhadap musik indie dan genre sad music, memaksa para pendengar dan kritikus untuk mendefinisikan ulang batasan dan harapan terhadap kedua genre tersebut. Dalam konteks ini, pengaruh album ini cukup luas, tidak hanya mengubah cara pandang terhadap sad music tetapi juga membuka jalan bagi eksplorasi artistik yang lebih mendalam. Joji menggunakan kombinasi elemen musik elektronik, lirik yang introspektif, dan kepekaan emosional yang kuat untuk menciptakan suara yang unik dan mendalam, sering kali membawa pendengarnya ke dalam dunia kesedihan dan refleksi.
Salah satu aspek paling menonjol dari In Tongues adalah cara Joji memelihara keseimbangan antara melodi yang tampaknya sederhana dan lirik yang penuh makna. Ini menciptakan pengalaman mendengarkan yang sangat personal dan emosional, yang jarang didapati dalam musik mainstream. Dampak dari pendekatan ini terlihat jelas pada gelombang artis indie dan sad music yang muncul setelahnya, yang mulai mengadopsi gaya serupa dalam karya mereka. Nama-nama seperti keshi, Powfu, dan mxmtoon adalah beberapa contoh artis yang dapat dikatakan terinspirasi oleh pendekatan musik Joji.
Keberhasilan In Tongues juga mencatat ekspektasi baru terhadap masa depan karier Joji. Para penggemar sangat antusias menantikan apa yang akan Joji hadirkan selanjutnya, dengan harapan bahwa setiap karya baru akan membangkitkan kedalaman emosi dan orisinalitas yang sama. Kesuksesan album ini tidak hanya mengukuhkan posisi Joji sebagai figur penting dalam musik indie dan sad music, tetapi juga membuka ruang bagi perkembangan genre ini ke arah yang lebih luas dan dinamis.